Tuesday, February 22, 2011

ながれぼし。

Aku duduk dengan bersandarkan dinding warna putih dan menatap ke atas.

"Itu apa, Ma?"

Aku menunjuk ke arah sesuatu yang berwarna putih di antara warna biru-biru yang mendominasi di sekitarnya.

"Itu awan, sayang."

Aku pun menurunkan tanganku, karena aku sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaanku tadi.


Waktu pun terus berlalu.
Aku membuka tirai jendela kamar ku, menatap benda hitam yang mendominasi angkasa.

"Kenapa jadi hitam, Ma? Padahal tadi warnanya biru."

"Mataharinya tertidur, sayang. Sekarang giliran bulan yang menjaga kita semua."

"Matahari menjaga kita pada saat langit berwarna biru."

"Sedangkan bulan menjaga kita pada saat langit berwarna hitam."

Aku pun menggangguk.
Tetapi pandanganku tidak lepas dari benda-benda di langit hitam yang berkelap-kelip.


"Itu apa, Ma?"

"Itu bintang, sayang."

"Kamu lihat benda bulat yang bersinar disampingnya? Tugas bintang adalah mendampingi bulan menjaga kita di malam hari."

"Ah! Bintangnya jatuh, ma!"

"Ah, iya juga. Ayo buat permohonanmu."

Aku pun menatap bintang jatuh itu.

"Semoga mama bisa sama aku, selalu."


Di tengah hiruk pikuk debu dan lautan manusia yang memiliki tujuan yang sama pun, aku masih menatap langit malam, walaupun tidak sesering dulu.
Aku pun masih menatap heningnya malam, walaupun sedetik, ketika aku membuka jendela untuk melihat keadaan malam perantauan kami.
Aku pun masih sempat untuk menerawang di sela-sela waktu senggangku yang kupakai untuk menonton film Korea favoritku, atau ketika aku sedang memasang headphone ku dan menekan tombol play aplikasi musik di notebook-ku.

Berbagai pikiran pun seketika berkelebat jadi satu ketika aku menerawang - entah menatap apa - walaupun hanya beberapa detik.

Berbagai hadiah dari Tuhan, disertai dengan cobaan yang datang mengiringi di belakang.

Terkadang setetes air jatuh dari pelupuk mataku ketika aku mengingat hal-hal yang membuatku sedih.

Dan ketika saat itu muncul, aku pun membuka tirai jendelaku dan menatap langit malam.
Menatap kerlap-kerlip yang menemani bulan.

Aku pun mencoba untuk tidak memohon pada bintang, seperti saat aku kecil dulu.

Aku mencoba menganggap sang bintang sedang menghiburku, dengan kerlap-kerlipnya.

Sudah sedikit terhibur, aku pun memasang headphone yang terletak tepat di samping notebook ku.

Kutuliskan beberapa patah kata dalam status di sebuah jejaring sosial yang kemudian aku tekan tombol backspace

Aku kangen mama.

Tak lama setelah itu, aku pun menuliskan status lain sebagai pengganti.
Aku pun bercengkrama dengan teman-teman dunia maya-ku.
Tak lama, ponselku menjerit.

Kulihat layarnya.

1_Omma

"Halo, Mama?"

"Lagi apa, Nak?"

Dan aku pun menutup notebook ku.

0 comments:

Post a Comment